Setiap
orang itu adalah pemimpi. Setidaknya dengan bermimpi kita memiliki harapan
untuk mewujudkannya. Seperti halnya Raras, anak SMA kelas XII yang sederhana,
dia adalah gadis pemimpi. Dia teropsesi dengan mimpi.
Saat
itu, jam menunjukkan pukul 2 siang. Raras tiba di rumah. “Assalamu’alaikuum.” ucapnya memberikan
salam dan kemudian bergegas masuk kamar. “Raras, makan dulu gih, ibu sudah
memasak masakan yang kamu suka. Jangan sampai telat lagi makannya,” perintah
ibunya menghentikan Raras ketika hendak menutup pintu kamar. “Mm, tadi di sekolah Raras sudah makan, bu.” katanya. “Oh ya sudah.” kata Ibu Raras singkat. Raras menutup pintu kamar, kemudian dengan sedikit
terburu-buru dia mengganti baju. Dia
jadi memikirkan apa yang tadi Pak Santo katakan di sekolah. Beliau
berkata kalau kita harus punya banyak mimpi, dimulai dari mimpi terkecil hingga
mimpi terbesar dalam hidup kita. Beliau juga berkata kalau semua orang pasti
punya mimpi yang amat banyak, namun terhalang oleh hambatan yaitu keadaan.
Namun kita bisa merubah keadaan asalkan kita mau dan berkeyakinan. Raras
sependapat seperti Pak Santo, dia juga menambahkan kalau mimpi kita terlalu
banyak, tulislah saja dikertas agar kita selalu ingat mimpi itu dan pikirkan
mimpi itu ketika dalam suasana hati yang tenang dan penuh harap.
Dan satu lagi, jangan pernah merasa malu atau apapun itu karena itulah mimpimu. Biarkan saja bila orang lain mau menertawakan sepuas hatinya. Sampai suatu saat kita bisa menghentikan tawaannya itu dengan tindakan. Buktikan kita pasti bisa. Tanamkan selalu keyakinan, dan semua akan terwujud, bahkan tanpa kita sadari semuanya diluar planning dan target kita. Lalu, tempel disudut kamar kita yang mudah kita lihat ketika kita bangun tidur dan ketika kita memasuki kamar.
Itulah yang dikatakan Pak Santo. Beliau guru Fisika disekolahnya. Entah kenapa mungkin kata-katanya sudah merasuki alam bawah sadarnya sehingga dia langsung mengikuti apa yang dikatakannya. Dia merasa kalau apa yang Pak Santo katakan itu real!
Dan satu lagi, jangan pernah merasa malu atau apapun itu karena itulah mimpimu. Biarkan saja bila orang lain mau menertawakan sepuas hatinya. Sampai suatu saat kita bisa menghentikan tawaannya itu dengan tindakan. Buktikan kita pasti bisa. Tanamkan selalu keyakinan, dan semua akan terwujud, bahkan tanpa kita sadari semuanya diluar planning dan target kita. Lalu, tempel disudut kamar kita yang mudah kita lihat ketika kita bangun tidur dan ketika kita memasuki kamar.
Itulah yang dikatakan Pak Santo. Beliau guru Fisika disekolahnya. Entah kenapa mungkin kata-katanya sudah merasuki alam bawah sadarnya sehingga dia langsung mengikuti apa yang dikatakannya. Dia merasa kalau apa yang Pak Santo katakan itu real!
Ya,
percaya atau tidak, dia langsung menulis mimpi-mimpinya. Tapi kali ini impian kecilnya saja. Ditulisnya semua tapi belum sampai ke mimpi besarnya. Ini baru butiran-butiran
mimpinya. Persis seperti yang dikatakan oleh gurunya, Raras menempelkan pada
dinding kamarnya yang mudah dilihat dari sisi manapun. Dia tak mengerti,
mengapa ketika dia menulis, hatinya penuh dengan rasa suka cita. Seperti lega
telah menuangkan mimpinya disecarik kertas ini.
Saat
itu malam mulai menuju tengahnya. Raras terbangun dari tidurnya karena
terdengar suara hujan. Dia melihat daftar mimpi yang ia tulis dikertas tadi
sambil memandang dream catcher-nya
atau benda penangkap mimpi yang gunanya untuk menangkap mimpi buruk. Hanya
mimpi-mimpi indah yang bisa masuk melalui lubangnya. Dia benar-benar memikirkan
mimpi dan masa depannya. Dia memandangi benda tersebut yang tergantung di atas jendela, dalam hatinya dia memohon kepada
Tuhan, semoga saja datang mimpi-mimpi itu melewati lubang dream catcher-nya malam ini. Sesudah
termenung cukup lama, dia segera tidur kembali dan menanti mimpi-mimpi itu
datang malam ini.
“Tolong
ambilkan gunting. Kapasnya. Kapas lagi,dan kapasnya lagi!”perintah dokter Raras. Dia sedang mengoperasi anak
kecil yang terkena kanker hati kronis. “Detak jantungnya melemah. Segera ambil
tindakan!”katanya. Begitu paniknya semua dokter dan perawat yang ada dalam
ruang operasi. Dia tidak merasa lelah sama sekali karena dia terlalu focus dan
serius. Setelah beberapa jam akhirnya proses operasi selesai dan cukup berjalan
dengan lancar. Ini adalah mimpinya malam itu.
Pagi yang cerah, sinar matahari masuk melalui
lubang-lubang jendela kamarnya. Jamnya berdering lalu dia terbangun. Tanpa
sadar dia menutup matanya dan kembali tidur. Tapi beberapa saat, matanya
melotot ke arah jamnya dan segera bangun dari tempat tidurnya. “Astaga... jam
06:00.” teriaknya. Dia langsung mandi, berpakaian dan berdandan ala kadarnya.
Lalu berpamitan pada ibunya dan berangkat. Ibunya heran, ini kan hari Minggu.
Ibunya tak sempat memberitahunya karena dia begitu terburu-buru berangkat.
Dalam perjalanannya dia sama sekali tidak ingat kalau
hari Minggu. Dia baru sadar ketika melihat jam dan hari di handpone-nya. Waduuhh... dia sontak kaget, namun tak apalah. Tak ada ruginya sama sekali. Masih sangat
pagi dia berjalan menuju taman. Dia duduk-duduk di taman melihat orang-orang
berolahraga di area taman. Karena akhir pekan, di taman cukup ramai. Dia ingat
tadi malam, dia bermimpi. Dia berharap semoga itu menjadi kenyataan. Ditulisnya
mimpi itu pada kertas yang sudah ia isi dengan mimpi-mimpi sebelumya. Kini dia
menambahkan dokter bedah adalah mimpi besarnya. Semoga Tuhan mengabulkan
permohonannya, serta malaikat-malaikat yang mendengar mengamini do’anya.
Setelah beberapa jam di taman, dia pulang.
Ketika
disekolah, Raras masih memandangi langit dari jendela kelas sambil memakan
snack. Hari ini jam pelajaran pertama sampai waktu istirahat
kosong, karena para guru sedang rapat. Raras kemudian melangkah ke arah papan
tulis, dia menulis “ Dokter adalah impianku”.
“Hei... mana bisa sepertimu menjadi seorang dokter.
Mimpimu terlalu tinggi, itu tidak cocok untukmu. Janganlah berharap pada
sesuatu yang tak mungkin kau dapatkan!” ejekan salah satu temannya. Dia hanya terdiam
dan tersenyum. Dibenaknya “dokter” pasti akan dicapainya suatu saat nanti. Dia
yakin semua akan indah pada waktunya.
Malam yang hening dan udara yang dingin dia memikirkan
apa yang dikatakan temannya mengenai mimpinya. “Janganlah bermimpi terlalu
tinggi, nanti kamu akan kesakitan ketika jatuh tak dapat menggapainya.” Dia
kini ragu mengapa sampai saat ini tak ada keajaiban yang datang, padahal dia
sudah berusaha, mengapa mimpinya hanya berlalu begitu saja seakan hanya teman
yang menemani tidurnya. Sebelumnya dia bahkan yakin 100% bahwa mimpi-mimpi yang
dia alami dan diinginkan, pasti dapat digenggamnya, tapi kini dia meragukan
mimpinya. Dia tidak mengharapkan datangnya mimpi-mimpi malam lagi. Dan dia pun
ingin hidup tanpa bergantung pada mimpi. Itulah dia kini.
Telah lama
ia melupakan mimpinya. Tapi ketika itu ia harus mengisi angket untuk pilihan
setelah lulus SMA. Dia berpikir amat dalam mengenai hal itu.
Malam yang
sepi. Bintang dan bulan bersanding menerangi kegelapan. Terdengar suara langkah
kaki menuju kamar Raras. Ibunya menghampiri Raras saat dia termenung dalam
kamarnya. “Apakah aku salah bermimpi menjadi seorang dokter?” tanyanya. “Tidak
Raras, seseorang bermimpi itu tidak salah. Bahkan Tuhan saja tidak pernah
membatasi dan melarang kita untuk bermimpi.” jawab ibunya. “Apakah ibu senang aku menjadi seorang dokter?” tanyanya
lagi. “Tentu, ibu akan mendoakan yang terbaik buatmu. Jika itu baik, ibu akan
selalu mendukungmu dan membantumu meski dicapai dengan darah dan air mata.”
Jawab ibunya meyakinkan anaknya. “Terima kasih ibu” sahut Raras. “Cepat tidur,
ini sudah larut!” suruh ibunya.
Dia sangat
bimbang antara impiannya dengan keadaannya saat ini. Untuk menjadi seorang
dokter dibutuhkan biaya yang cukup besar. Darimana dia memperoleh itu semua.
Ibunya saja hanya seorang tukang cuci. Dia ragu, jika dia melanjutkan sekolah,
ibunya akan lebih susah dan kerja keras
memenuhi kebutuhannya yang tidak sedikit. Dan jika dia bekerja, mimpi yang
tertanam sejak lama tak akan diraihnya. “Tuhan, berilah petunjuk pada hamba-Mu.
Aku tengah bingung menentukan pilihan untuk masa depanku.” Doanya malam itu.
Sudah
tengah malam dia belum tidur. Dia menatap dream
catcher-nya dan menggenggam kertas mimpinya sangat lama. Dan suatu ketika
pikirannya terbuka. “Aku harus meraihnya, meskipun dicapai dengan darah dan air
mata. Aku akan menjadi dokter setelah ini. Ibu tidak akan bekerja keras lagi
seperti sekarang. Aku yakin masa depanku cerah.” katanya dengan penuh semangat.
Dia
berusaha dengan keras. Dan kini dia percaya terhadap mimpi. Semangatnya yang
luar biasa membawanya pada kesuksesan dia mendapat beasiswa untuk kuliah
jurusan dokter di salah satu universitas ternama di Australia. Dan setelah
beberapa lama dia
kembali melihat kertas mimpinya itu.
“Benar-benar terjadi ternyata. Subhanallah, aku tidak pernah menyangka.
Alhamdulillah sekali. Banyak do’aku
yang telah terwujud. Walaupun tidak semuanya. Terima kasih Ya Tuhan.” Ungkapannya dengan
senang.
Ini
yang ditulisnya dikertas itu :
1.
Ingin mendapat nilai bagus Ya Allah
2.
Semoga UN nanti nilainya tidak mengecewakan
3.
Ingin membuat ibuku bahagia
4.
Ingin lancar berbahasa Inggris dan bahasa Korea
5.
Ingin pergi ke Korea
6.
Ingin bahagia dunia
dan akhirat, dan masih banyak lagi. Yang terakhir dia tulis adalah Dokter bedah adalah mimpi besarku
Tuhan memang selalu mendengar setiap do’a kita. Do’a itu
akan terkabul secara kasat mata dan telanjang mata.
Dan Jangan takut untuk bermimpi, karena Tuhan saja tidak pernah
membatasi dan melarang kita untuk bermimpi. Jangan takut dengan ketidak terwujudnya mimpi, karena mimpi tidak pernah
memaksakan kita untuk mewujudkannya. Dan mimpi pun tak pernah marah kepada
kita jika ia tak diwujudkan. Jangan takut bermimpi
yang besar, karena mimpi itu tak
pernah menyengsarakan kita. Selama kita
berprinsip pada keseimbangan antara mimpi, harapan, usaha dan doa. Yakinlah
bahwa mimpi itu akan menjadi suatu mimpi
yang luar biasa, dan juga jangan dengarkan orang-orang yang
meremehkan mimpi kita. Lindungi mimpi kita
dan jadikan kenyataan. Justru orang yang meremehkan mimpi kita
adalah orang yang tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri dan menjadi
orang yang pengecut.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar